Kecerdasan emosional atau EQ berarti kemampuan untuk menerima diri sendiri, mengelola, menilai, dan mengontrol emosi dalam kehidupan pribadi maupun saat berbaur dengan orang lain.
Kecerdasaan ada dua jenis, yaitu IQ dan EQ.
Keduanya sangat berperan penting untuk keberlangsungan hidup seseorang.
Jika salah satunya sakit hingga tidak disadari, maka hidupnya akan menemui banyak permasalahan yang mungkin sulit terselesaikan.
EQ adalah kemampuan yang bisa dipelajari secara otodidak melalui pengalaman-pengalaman.
Sedangkan IQ adalah kemampuan bawaan sejak lahir yang biasa dipengaruhi oleh faktor genetik.
Keduanya sangat berperan penting dan harus seimbang agar emosional sehat.
Secara singkat, IQ dapat membantu mendapatkan segala kemauan, seperti lolos semua seleksi kerja di perusahaan impian.
Kemudian, EQ mengiringi agar dalam menjalani semua seleksi kerja tersebut pikiran tetap jernih dan tidak menimbulkan stres.
Jenis-jenis Kecerdasan Anak yang Perlu Orangtua Ketahui 5 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional 1.
Mengenali emosi diri sendiri Mengenali emosi diri sendiri sama saja dengan selalu bertanya bagaimana kabar perasaan yang saat ini dialami.
Melakukan hal tersebut di situasi apapun harus dilakukan agar Anda bisa lebih dekat dengan diri sendiri.
Proses mengenali ini juga bisa menjadikan Anda mampu memprediksi tindakan terbaik yang dilakukan untuk menghadapi sesuatu dengan bijak.
Dalam menghadapi hari ke hari, ada kemungkinan Anda marah terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Ada pula rasa bahagia dan semua itu perlu diterima.
2.
Melatih mengekspresikan emosi Emosi yang tertahan bisa menjadikan beban hati dan pikiran sehingga menimbulkan berbagai penyakit.
Untuk itu, Anda perlu mengekspresikan diri dalam kesedihan hingga kebahagiaan, seperti memberanikan diri untuk menunjukan siapa Anda dan memberi batasan dalam bersosialisasi.
Salah satunya, beranilah berkata tidak untuk memprioritaskan kepentingan positif untuk diri sendiri.
Kemudian, beranilah untuk berpendapat dan membela diri agar terlindung dari segala ancaman pihak lain.
3.
Bersikap proaktif, bukan reaktif Sikap proaktif berarti melincahkan diri dalam menghadapi segala sesuatu dengan hal-hal positif.
Untuk itu, Anda bisa menjadi orang yang baik dalam bersosialisasi dan tidak semua orang nyaman untuk diri Anda.
Pastinya hal ini akan menjadikan seseorang terjebak dalam situasi rumah, tempat kerja, maupun saat melakukan perjalanan.
Jika orang yang reaktif, aktivitas ini bisa menjadikan Anda jatuh di tangan orang yang tidak tepat dan berdampak negatif untuk Anda.
Cobalah bersikap tegas tetapi tetap menjaga empati dan sadar akan konsekuensi dari setiap perilaku.
Kenali 5 Penyebab Mati Rasa pada Pasangan 4.
Introspeksi diri Introspeksi diri memang begitu sulit disadari oleh banyak orang karena hanya fokus pada menunjuk orang lain sebagai biang kerok.
Jika Anda melakukan hal tersebut, kecerdasan emosional akan terganggu sehingga bisa saja menjadi pribadi yang toxic di lingkungan sosial.
Untuk itu, terbukalah pada kritik yang membangun dari orang lain.
Namun, bukan berarti Anda menerima dengan mentah apa yang orang lain katakan tentang Anda.
Berilah diri jeda untuk berpikir sejenak daripada langsung bereaksi marah maupun berkecil hati karena kritik orang lain.
Fokuslah pada isi yang disampaikan karena kemungkinan orang lain mengkritik dengan nada dan gaya komunikasi yang tidak diinginkan.
5.
Belajar mengambil keputusanManusia memang ditakdirkan untuk tidak bisa mengontrol semua keputusan yang dibuat dengan 100 persen berjalan mulus.
Hal tersebut bisa karena beberapa keputusan sebagai hal besar dan memerlukan pertimbangan matang.
Untuk itu, Anda perlu menimbang suatu perkara secara teliti dan cermat dengan mempelajari keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan.
Jangan lupa juga untuk memikirkan solusi dan alternatif lain dari setiap keputusan.
Kendalikan emosi untuk bersikap impulsif sehingga tidak menyesal di kemudian hari.
NIA HEPPY | ALFI MUNA SYARIFAH (CW) Pilihan Editor: 4 Cara Mengembangkan Kecerdasan Emosional pada Anak
+ There are no comments
Add yours